Keberadaan alam semesta yang begitu luas , dimana di dalamnya terdapat
milyaran galaksi, milyaran planet dan milyaran batuan angkasa dengan
berbagai jenis dan bentuknya, yang berotasi pada garis edar masing
masing dan usianya pun milyaran tahun, dan dari kesemuanya itu yang
paling kita kenal adalah bumi, matahari, bulan dan bintang gemintang.
Untuk apa semua ini Tuhan ciptakan?. Sebuah pertanyaan yang demikian
susah untuk dijawab dan sampai hari ini masih menjadi misteri. Yang
pasti adalah konsep, program dan sistem yang ada pada alam semesta ini
Allah SWT penciptanya.
Allah Ta’ala berfirman:
Dan tidakkah mereka fikirkan bagaimana Allah memulai (mengawali)
pembuatan makhluk, kemudian Ia akan ulangi pembuatan itu? Sesungguhnya
yang demikian itu mudah atas Allah. (Surat 29 Al ‘Ankabut Ayat: 19)
Katakanlah : berjalanlah kamu di bumi, lantas perhatikan bagaimana Ia
telah memulai pembuatan (pembikinan), kemudian Allah akan adakan
Kejadian yang lain, sesungguhnya Allah amat berkuasa atas tiap-tiap
sesuatu. (Surat 29 Al ‘Ankabut Ayat: 20)
Pada ayat 19 menjelaskan bahwa dimensi fikir manusia demikan luas dimana
daya jangkauannya mampu mengkaji akan asal muasalnya alam semesta dan
menjangkau ke masa depan akan sebab musabab hancurnya alam semesta. Bila
kita cermati lebih dalam lagi bahwa setelah kehancuran alam semesta
maka akan terjadi evolusi kembali terbentuknya alam semesta, isyarat
inilah yang bisa kita tangkap dari firman ini, Maha Besar Allah Ta’ala
dengan segala kesempurnaaNya. Daya fikir manusia memiliki kemampuan
untuk mengkaji dari hasil kajian tersebut dan akan melahirkan teori
teori yang bersifat ilmiah untuk membuktikan teori teori tersebut. Fase
berikutnya adalah melakukan proses penelitian untuk menguji kebenaran
teori teori yang dimaksud. Pembuktian demi pembuktian akan menjadi
rentetan peristiwa yang berlangsung terus sampai menemukan hasil yang
sebenarnya dan meyakinkan.
Pada ayat 20 adalah proses penelitian akan proses evolusi makhluk yang
menempati planet bumi berupa fosil fosil binatang sampai fosil manusia,
penemuan penemuan ilmiah ini yang dijadikan bukti akan proses evolusi
makhluk, siapa dan bagaimana awal mulanya manusia. Bahwa dari bentuk
binatang menjadi manusia, demikian dengan dengan bunyi ayat” Allah akan
adakan kejadian yang lain”.
Ayat ini adalah dalil dari teori evolusi (penyempurnaan) dan sekarang
ini dikenal dengan teori Darwin, ini hanyalah salah satu contoh dari
salah satu ayat sebagai firman Allah Ta’ala sementara masih banyak lagi
ayat-ayat di dalam Kitab Suci AlQur’an yang berbicara tentang teori dan
ilmu pengetahuan yang ada pada zaman sekarang ini.Seluruh ayat-ayat yang
tertulis di dalam Kitab AlQur’an mempunya arti dan makna yang sangat
luas, ia adalah bahasa program yang lahir dari firman Allah Ta’ala dan
seluruh ayat ayat tersebut akan menjadi misteri manakala ia hanya
sebagai bahan bacaan dan menjadi nyanyian saja dan bukan dijadikan bahan
kajian.
Firman Allah Ta’ala : Surat 31 (Luqman) ayat 25.
“Dan jika engkau tanya kepada mereka : Siapakah yang jadikan langit dan
bumi? Niscaya mereka menjawab: Allah!” tetapi kebanyakan mereka tiada
mengetahui”.
Bahwa sedikit sekali manusia yang mau mengkaji ayat-ayat AlQur’an,
mereka mengerti bahwa yang menciptakan langit dan bumi ini adalah Allah,
tetapi mereka tidak mengerti bagaimana proses penciptaannya.
Rasulullah S.A.W. bersabda menurut riwayat:
“Akan datang pada manusia satu masa, dimana AlQur’an akan lapuk dalam
hati manusia, sebagaimana lapuknya kain pada tubuh manusia, urusan
mereka semua adalah tamak tidak ada rasa takut padanya. Jika seseorang
diantara mereka berbuat baik, ia berkata: Akan diterima akan padaku, dan
jikalau ia berbuat jahat, ia berkata:’akan diampuni dosa dosaku”.
(HR. Abu Manshur ad Dailami dari Ibnu Abbas)
Hadist tersebut menjelaskan kondisi yang terjadi pada zaman sekarang ini
dan mengisyaratkan pada saat ini sedikit sekali orang yang mengkaji,
kebanyakan mereka terpedaya, merasa aman, tentram, gembira tidak
merasakan takut, serta mereka berlumuran maksiat, bekerja keras masalah
duniawi.Tidak kita panjangkan kajian tentang proses tentang kejadian
alam semesta, karena ada yang lebih penting untuk kita kaji yaitu
makhluk yang mendiami (menempati) bumi yang akhirnya yang menjadi
penguasanya adalah manusia.Untuk keberadaan makhluk pada planet bumi ini
di butuhkan waktu yang sangat panjang, diawali dari proses pembentukan
alam semesta, bagaimana Allah membuat program yang saat ini kita namakan
evolusi, bahwa alam semesta ini berevolusi untuk membentuk demikian
banyak galaksi yang di dalamnya terdapat jutaan bahkan milyaran planet
dengan berbagai jenis dan benda benda langit lainnya, sampai akhirnya
terbentuk matahari, bumi, bulan dan planet-planet lainya.Kondisi bumi
saat itu masih kosong, Evolusi terus berlangsung hingga terbentuk
atmosfir di muka bumi ini, selanjutnya adalah babak baru di dalam proses
evolusi makhluk yang mendiami muka bumi ini.
{Surat 6( Al An’am) ayat 98}/{Surat 21 ayat 30}. Kita kembali pada teori
Darwin, bahwa atmosfirlah yang melahirkan satu jenis virus, ini terjadi
karena adanya mutasi pada molekul molekul air, oksigen, gas karbon dan
lain lain. Bersamaan dengan itu terjadilah lumut yaitu nenek moyang dari
tumbuh tumbuhan yang ada sekarang ini, proses evolusi terus berlangsung
dimana virus bermutasi menjadi makhluk yang bersel tunggal, awal
evolusi ini berawal di lautan, kemudian bermutasi menjadi bentuk
binatang di dalam laut, binatang laut bermutasi menjadi berbagai bentuk
dan jenisnya serta ukuran, ia beradaptasi dengan lingkungan baik
kedalaman maupun kondisi bawah laut, inipun berevolusi.Evolusi
selanjutnya ada sebagian jenis binatang bermutasi kepada bentuk ikan,
ikan bermutasi dalam evolusi dari bentuk yang kecil sampai bentuk yang
besar dengan jenis yang berbeda beda. Dari beberapa jenis ikan bermutasi
untuk berpindah ke daratan, ia menjadi binatang yang hidup di dua alam
yaitu laut dan darat, terus bermutasi menjadi binatang darat dan
seterusnya sampai kepada Zaman Dinosaurus, setelah sekian juta tahun
terjadi bencana alam yang sangat dasyat, dari spesies ini hanya beberapa
saja yang mampu bertahan hidup, yang lainnya mengalami kematian. Pada
jaman itu terjadi kematian masal, menjadikan bangkai bangkai binatang
bertebaran dimana mana, hal ini terjadi bukan berarti tidak ada
maksudnya, ternyata merekalah yang menjadikan bahan bakar fosil yang
kita nikmati ekarang ini.
Evolusipun membentuk batu batuan menjadi barang barang tambang lainnya,
diantaranya: emas, tembaga, nikel, bahan bahan kimia dan lain
sebagainya. Sedangkan binatang yang bertahan hidup terus berevolusi,
bermutasi, dan beradaptasi dengan kondisi alam, ia menjadi bentuk akhir
yaitu kera(monyet), dari sinilah terjadi mutasi bentuk ke bentuk manusia
tapi belum menjadi manusia, perilakunya masih seperti binatang, tetapi
proses evolusi dan mutasi serta adaptasi terus berlangsung,maka
terjadilah manusia yang sesungguhnya.
Pada Abad 18 teori ini di tentang oleh seluruh ilmuwan di dunia yang
berjumlah kurang lebih 140 orang dari berbagai negara. Mulai abad 19
teori Darwin satu persatu mulai terjawab dengan pembuktian ilmiah. Dari
satu pembuktian kepembuktian berikutnya sampai memasuki abad 20 akhirnya
para ilmuan di dunia menemukan mata rantai evolusi yang menjadi teori
Darwin, baru pada tahun 2004 para ilmuan di dunia sepakat akan kebenaran
teori Darwin tersebut.
Manusia pada awalnya sangatlah primitif, cara mereka bertahan hidup
tidak ada bedanya dengan binatang, mereka bertempat tinggal digoa goa,
proses evolusi, mutasi serta adaptasinya menyesuaikan dengan evolusinya
bumi dan planet planet lain. Inilah awal dari evolusi sifat dimana
sebelumnya adalah evolusi fisik, kemudian masuklah pada zaman batu dan
seterusnya. Dari evolusi sifat inilah melahirkan seorang manusia yang
disebut Nabi Adam, yakni awal mula ditiupkan Ruh Allah Ta’ala ke dalam
tubuh manusia. Dengan alasan inilah suatu pembuktian mengapa pada abad
modern sekarang ini, masih banyak manusia yang bersifat binatang, mereka
inilah yang tidak sukses di dalam proses evolusi sifat, dimana evolusi
tersebut adalah dari sifat kebinatangan menuju kepada sifat KeTuhanan.
Firman Allah Ta’ala :
Surat 29 (Al-Ankabut) ayat 43 & 44.
Ayat 43 :“Dan perumpamaan perumpamaan itu kami adakan untuk manusia, tetapi tidak mengerti dia melainkan orang orang yang pandai”.
Ayat 44 :“ Allah telah jadikan langit dan bumi dengan mengandung
kebenaran, sesungguhnya tentang hal itu adalah satu tanda bagi mu’min”
Proses yang terjadi dengan proses evolusi, proses mutasi dan proses
adaptasi adalah sebuah program Allah Ta’ala dimana dengan program
tersebut Allah mengiformasikan tentang KeMahaBesaran, KeMahaSempurnaan
dan KeMahaKuasaanya sebagaimana di jelaskan pada Surat 29 Al AnKabut
ayat 29 pada ayat terakhir yang bunyinya :”Sesungguhnya yang demikian
mudah atas Allah” . Terjadinya proses evolusi atau perubahan atas alam
semesta disebabkan oleh adanya suatu proses rotasi atas seluruh planet
yang ada pada alam semsta ini.
Firman Allah Ta’ala:
Surat 50 (Qaf) ayat 38
“Dan sesungguhnya Kami telah jadikan langit dan bumi dan apa apa yang
ada diantara Kedua-duanya dalam enam masa, tetapi tidak menyentuh Kami
sedikitpun kelelahan”.
Suatu proses evolusi yang terjadi di dalam penciptaan alam semesta
melalui enam masa, dimana yang dimaksud dengan masa adalah proses waktu
sampai terjadi perubahan bentuk dan keadaannya, enam masa yang dimaksud
adalah;
1. Masa Dzat
2. Masa Gas
3. Masa Awan
4. Masa Padat (Material)
5. Masa Hewan
6. Masa Manusia
Yang masing masing masa memakan waktu jutaan tahun, fase 1 sampai dengan
4 adalah masa pembentukan seluruh planest yang ada pada alam semesta
ini. Penciptaan alam semesta yang memakan waktu demikian panjang ini
untuk kepentingan hadirnya manusia dimuka bumi ini, sedang yang dimaksud
masa adalah proses evolusi.
Firman Allah Ta’ala : Surat 46 (AL-AH-QAF) ayat 3
“Tidak kami jadikan langit dan bumi dan apa-apa yang diantara dua itu
melainkan dengan ada gunanya dan sampai satu masa yang ditentukan,
sedang orang-orang yang tidak percaya, berpaling dari apa yang diancam
kepada mereka.”
Untuk semua proses yang Allah Ta’ala ciptakan pada alam semesta ini
induknya adalah Rotasi artinya semua perubahan yang terjadi dipicu oleh
rotasi yang terjadi.
EVOLUSI MANUSIA (SIFAT)
Dalam kajian selanjutnya kita membahas suatu proses evolusi yang sangat
penting menyangkut keselamatan manusia di alam dunia dan akhirat.
Dipandang secara fisik, bentuk dari makhluk yang diberi nama manusia
terlihat sudah sempurna, namun demikian tidak, bila dilihat dari segi
Bathiniahnya. Proses selanjutnya manusia dihadapkan dengan tahapan
proses evolusi sifat yang keberadaannya bertempat tinggal didalam
bathiniah (jiwa) atau suatu piranti lunak, lokasi medan peperangan yang
sangat dahsyat, sempurna atau tidaknya manusia tergantung kepada
kemenangannya didalam peperangan tersebut.
Sebagai contoh (suri tauladan) atas manusia adalah nabi atau rasul, ia
adalah orang yang sukses di dalam peperangan, yang mencapai tingkat
kesempurnaannya sebagai manusia.
Firman Allah Ta’ala: Surat 33 (AL-AHZAB) ayat 21
“Sesungguhnya telah ada pada Rasulullah itu suri tauladan yang baik
bagimu bagi orang-orang yang mengharap Allah dan hari kiamat dan dia
banyak menyebut Allah.”
Untuk menghilangkan keragu-raguan dan ketidak pastian ayat inilah yang
seharusnya dijadikan parameter dan barometer untuk menjalani hidup
seorang manusia. Bagaimana kita akan mengetahui kebenaran dan kesalahan
manakala tidak ada pedoman didalam mengerjakan sesuatu, tanpa arah yang
pasti, seperti halnya memasuki hutan belantara tanpa membawa kompas,
untuk selanjutnya kita akan kaji jati diri manusia. Apa dan siapa
manusia itu?
MANUSIA
Nabi Muhammad SAW bersabda :
“Barang siapa mengenal dirinya, maka pasti ia mengenal Tuhannya, barang siapa mengenal Tuhannya maka bodohlah akan dirinya.”
Manusia terdiri atas tiga (3) unsur
1. Jasmaniah (badan kasar)
2. Bathiniah (badan halus)
3. Ruhaniah (cahaya)
1. JASMANIAH
Piranti atas manusia yaitu jasmaniah/badan kasar piranti keras, untuk
mengenal lebih jauh akan piranti ini mari kita kaji salah satu dari ayat
Al-Qur’an yang menjelaskan tentang apa itu jasmaniah (fisik manusia).
Firman Allah Ta’ala : Surat 32 (AS-SAJDAH) Ayat 7 dan 8
Ayat 7, “Yang membaguskan pembuatan tiap-tiap sesuatu dan ia telah mulai pembuatan manusia itu dari tanah.”
Ayat 8, “Kemudia ia jadikan keturunan manusia itu dari mani, dari air yang lemah.”
Diawali dengan kalimat “yang membaguskan (menyempurnakan) maknanya
adalah segala sesuatu yang ada pada alam semesta ini melalui suatu
proses, tidak serta merta dia ada proses ini dinamakan evolusi, seperti
halnya baju (pakaian). Tidak tiba-tiba ia ada dibadan kita, untuk
menjadi pakaian melalui proses yang cukup panjang demikian pula dengan
jasad manusia melalui proses evolusi yang sangat panjang, artinya bahwa
keberadaan alam ini dengan segala bentuknya ini adalah suatu dimensi
pencapai bentuk dimana terjadinya tata surya, galaksi, planet-planet
mengalami suatu proses evolusi bentuk dan model sebelum dihuni oleh
makhluk-makhluk berikutnya seperti manusia, binatang dan
tumbuh-tumbuhan. Evolusi alam semesta inilah yang melahirkan bentuk
makhluk berikutnya tersebut yang saat berada diatas muka bumi. Kalimat
selanjutnya mengatakan “Ia telah mulai pembuatan manusia dari tanah”,
kata “tanah” sendiri secara matrialpun melalui proses dan yang dimaksud
tanah disini adalah unsur-unsur yang terdapat pada tanah tersebut.
Seperti halnya unsur tanah yang terdapat pada hewan dan tumbuh-tumbuhan.
Ada hubungan yang erat antara kalimat pertama dan kalimat kedua suatu
mata rantai yang jelas dan pasti bahwa segala sesuatu akan melalui suatu
proses penyempurnaan pada dimensi bentuk dan kualitasnya bahwa untuk
mencapai bentuk manusia dalam dimensi fisiknya melalui proses yang
sangat lama dan panjang. Dari suatu bentuk dan kualitas yang sangat
sederhana menuju bentuk yang lebih sempurna yang akhirnya sampai pada
bentuk fisik manusia yang sekarang ini.
Firman Allah Ta’ala : Surat 23 (AL-MU’MINUN) Ayat 12
“Dan sesungguhnya kami telah jadikan manusia dari air tersaring dari tanah.”
Unsur-unsur yang ada pada tubuh manusia (perangkat keras) terdiri atas 4 anasir yaitu :
1. Anasir Api
2. Anasir Angin
3. Anasir Air
4. Anasir Tanah
Firman Allah Ta’ala : Surat 77 (AL-MURSALAT) Ayat 25
“Bukankah Kami telah jadikan bumi itu pengandung kamu?”
Bahwa unsur yang terkecil yang ada pada bumi yaitu molekul, dari unsur
molekul tersebut bermutasi menjadi inti sel inilah proses awal memasuki
peradaban makhluk yang mendiami muka bumi. Inti sel bermutasi membentuk
virus positif dan virus negative proses evolusi didalam mutasi dan
adaptasi virus melahirkan makhluk bersel tunggal, sementara itu pada
sisi yang lain bersamaan dengan proses hewan terkecil, molekul lainnya
bermutasi memasuki dimensi tumbuh-tumbuhan yang diawali tumbuhan berupa
lumut dan terus berevolusi sampai menjadi hutan belantara yang ada
sekarang ini.
Dari makhluk bersel tunggal bermutasi menjadi bermacam jenis binatang
yang keberadaan di lautan, beberapa binatang ini bermutasi menjadi ikan
dan tahapan lanjut nya dari beberapa jenis ikan bermutasi masih
berbentuk ikan tetapi ia dapat hidup di air dan darat, evolusi harus
berjalan seiring dengan berputarnya waktu jadi ia binatang penghuni
daratan.
Setelah jutaan tahun muncullah binatang-binatang purba yang diantara
jenisnya adalah dinosaurus. Pada zaman inilah terjadi bencana alam yang
demikian dahsyat hingga sebagian besar binatang-binatang purba
hampir-hampir menemui kepunahan namum demikian masih ada dari beberapa
jenis yang mampu bertahan hidup, dari jenis binatang ini, beberapa
berevolusi menuju kepada bentuk-bentuk yang mendekati bentuk manusia, ia
dikenal dengan nama Kera atau Monyet atau Orang Hutan dan nama orang
hutan inilah perlu digaris bawahi, kemudian dari jenis orang hutan
beradaptasi dalam mutasi kepada bentuk manusia secara fisik akan tetapi
masih sangat primitive, dimana akal dan fikirannya masih sangat
terbatas. Evolusi bentuk, akal, fikir terus berlangsung beradaptasi
dengan kondisi alam sekitarnya hingga sekarang ini.
Dalam kajian ini mutasi yang dimaksud yaitu perubahan pada inti sel atau
istilah saat ini dikenal nama “GEN” (Genetik), perubahan yang terjadi
pada evolusi alam (Bumi) mempengaruhi penyesuaian pada inti sel dan
perubahan pada inti sel ini terlihat seperti tidak beraturan
sesungguhnya tidak demikian, ia beradaptasi mengikuti bentuk perubahan
kondisi iklim yang terjadi, keakuratannya sangatlah seimbang, melahirkan
baik bentuk, jenis maupun kualitas yang berbeda.
Sejak keberadaan binatang dilaut, setelah makhluk bersel tunggal perkembang biakan makhluk dari mani (nuth-fah).
Firman Allah Ta’ala : Surat 32 (AS-SAJDAH) Ayat 8
“Kemudian Ia jadikan keturunan manusia itu dari mani, dari air yang lemah.”
Bukan hanya manusia, seluruh binatang maupun yang berada didarat dan
diair proses perkembang biakannyapun dari mani, ini adalah suatu system
program Tuhan didalam evolusi makhluk.
Kalimat “dari air yang lemah” bahwa fisik manusia (badan kasar dan badan
halus) terkandung anasir dari sifat kehewanan (binatang) evolusi
makhluk masih bersifat fisikal demikian makna dari kata “lemah.”
Firman Allah Ta’ala : Surat 23 (AL-MU’MINUN) Ayat 14
“Kemudian, Kami jadikan mani (sperma) itu sekepal darah lantas darah itu
Kami jadikan segumpal daging, lantas daging itu Kami jadikan
tulang-tulang, lalu tulang-tulang itu Kami liputi (bungkus) dengan
daging, kemudian Kami jadikan dia satu kejadian yang lain (sifatnya).
Maka maha suci Allah, sebaik-baik pembikin.”
Proses terjadinya manusia sejak dari mani sampai dengan janin sama
persis dengan binatang, adapun letak perbedaannya pada kalimat “Kami
jadikan dia satu kejadian yang lain (sifatnya)”. Makna yang terkandung
pada kalimat ini ialah setelah mani berproses menjadi janin pada usia
empat bulan sepuluh hari atau seratus tiga puluh hari diberikanlah Ruh
Allah pada janin tersebut berbeda halnya dengan binatang, tidak ada Ruh
Tuhan pada seluruh binatang yang ada dimuka bumi. Setelah usia janin
sembilan bulan sepuluh hari secara umum lahir bayi manusia dengan bentuk
fisik yang sempurna namun demikian, kondisi sifat masih terkandung
sifat-sifat kehewanan.
Firman Allah Ta’ala : Surat 80 (‘ABASA) Ayat 18 dan 19
Ayat 18, “Dari apakah Ia jadikan dia (manusia).”
Ayat 19, “Dari Nuth-fah Ia jadikan dia, lalu Ia atur sifat-sifatnya.”
Didalam badan halus (bathin) manusia masih terkandung anasir-anasir dari
unsure api, angin, air dan tanah. Keempat unsur tersebut terkandung
sifat-sifat kebinatangan sementara Ruh mengandung sifat Ketuhanan. Sifat
binatang inilah yang dikendalikan oleh iblis atau disebut hawa nafsu,
anasir inilah sebagai penghalang atas Ruh untuk melahirkan sifat Ilahi
terhadap jasmaniah manusia.
Evolusi selanjutnya adalah bagaimana usaha manusia untuk mencapai
tingkat kesempurnaannya sebagai makhluk Ruhaniah bagian dari Ruh Allah
sebagaimana para nabi dan rasul sebagai suri tauladan atas seluruh
manusia diatas bumi ini.
Firman Allah Ta’ala : Surat 76 (AL-INSAN) Ayat 2
“Sesungguhnya Kami telah jadikan manusia dari pada setitik mani yang
bergiliran, yang Kami beri percobaan kepadanya yaitu Kami jadikan dia
mendengar dan melihat.”
Firman Allah Ta’ala : Surat 77 (AL-MURSALAT) Ayat 20 s/d 23
Ayat 20, “Bukankah Kami telah jadikan kamu dari pada air yang hina).”
Ayat 21, “Yaitu Kami taruh dia ditempat ketetapan yang teguh.”
Ayat 22, “Hingga satu masa yang tertentu.”
Ayat 23, “Lantas Kami tentukan bentuknya, karena Kamilah sebaik-baik pembentuk.”
Dari beberapa ayat yang tertulis didalam Al-Qur’an yang menceritakan
tentang kejadian manusia, seluruhnya mengisyaratkan akan suatu proses
evolusi dan seperti halnya ayat-ayat diatas mempertegas akan proses
tersebut. Kondisi ini tertuang pada kalimat yang berbunyi pada ayat 22
pada ayat 20 “air yang hina” mengandung arti bahwa fisik manusia
terkandung anasir sifat-sifat hewan.
Proses evolusi terhadap manusia akan terus berlangsung hingga kehancuran
alam semesta (kiamat), kehancuran yang terjadi disebabkan oleh
tangan-tangan manusia dari sifat-sifat kehewanan (hawa nafsu),
orang-orang ini yang tidak menyadari karena tidak memahami akan tujuan
hidup atas dirinya, mereka tidak berevolusi menuju kepada tata nilai
kesempurnaannya dan komunitas ini menempati kelompok mayoritas atas
peradaban manusia. Kondisi ini terjadi adalah hal yang wajar karena
untuk menuju kesempurnaan melalui tingkat kesulitan yang tinggi apa lagi
pada zaman modern seperti sekarang ini, tinggal menunggu waktu saja,
untuk menyaksikan hancurnya peradaban atas komunitas manusia.
Firman Allah Ta’ala : Surat 30 (AR-RUM) Ayat 41
“Telah lahir kerusakan dibumi dan dilaut dengan sebab usaha
tangan-tangan manusia, yang akhirnya Allah rasakan kepada mereka
ganjaran dari sebagian yang mereka kerjakan, agar mereka kembali.”
Tahapan selanjutnya setelah bentuk manusia dari segi fisiknya mencapai
kesempurnaanya pada usia kandungan seratus tiga puluh hari, disinilah
tata nilai manusia sebenarnya pembeda atas spesies binatang.
Firman Allah Ta’ala : Surat 32 (AS-SAJDAH) Ayat 9
“Lalu Ia sempurnakan kejadiannya, Ia tiupkan pada sebagian dari RuhNya
dan Ia jadikan bagi kamu pendengaran dan penglihatan dan hati tetapi
sedikit sekali kamu bersyukur.”
Bentuk dari makhluk-makhluk yang Allah ciptakan yang tersebar diseluruh
alam semesta ini, manusialah yang paling ideal, bentuk dari kesempurnaan
makhluk ini terlukis pada kalimat “disempurnakan kejadiannya” artinya
bahwa evolusi atas makhluk telah sampai pada tahapan akhir, dan pada
usia bentuk makhluk yang dimaksud dengan manusia dialam kandungan
seratus tiga puluh hari, maka ditiupkan Ruh Allah kedalam tubuh
(jasmaniah) manusia, kondisi ini mengisyaratkan gambaran kesempurnaan
atas diri manusia bahwa kesimpulan atas definisi ayat (9) yaitu ia
adalah makhluk Ruhaniah yang dilengkapi dengan badan kasar dan badan
halus sebagai piranti atas kehidupannya kelak pada alam dunia (dimensi
matrial). Lahirnya manusia pada alam dunia adalah awal dari proses
evolusi berikutnya yaitu evolusi sifat dan dapat diistilahkan evolusi
bathin.
Firman Allah Ta’ala : Surat 4 (AN-NISA) Ayat 28
“Allah hendak meringankan keberatan dari manusia, karena manusia itu dijadikan bersifat lemah.”
Artinya bahwa kesempurnaan manusia baru dalam kondisi fisik (badan
kasar) saja tetapi kondisi bathin (badan halus) masih bersifat lemah,
itu sebabnya mengapa kitab Al-Qur’an diturunkan diatas bumi ini, itu
semata-mata sebagai petunjuk dan pedoman dalam rangka meringankan
keberatan (kesulitan) atas manusia mencapai kesempurnaan lahir maupun
bathin, sedangkan Al-Qur’an adalah sumber dari segala sumber atas semua
keadaan dan atas seluruh program dan system yang ada pada seluruh alam
semesta ini.
EVOLUSI SIFAT
Setelah makhluk berevolusi semenjak keberadaannya dimuka bumi suatu
proses evolusi yang panjang, memakan waktu jutaan tahun dalam bentuk
fisik menjadikan bentuk fisik manusia yang terdiri atas tiga musuh yaitu
jasmaniah, bathiniah dan Ruhaniah.
Jasmaniah terdiri atas antara lain : Jantung, hati, otak, paru-paru, darah, tulang daging dst.
Bathiniah terdisri atas antara lain : Akal, daya pikir, perasaan, hawa nafsu, panca indera dst.
Dalam perjalanan hidupnya manusia melalui tujuh fase yaitu : Bayi,
balita, anak-anak, remaja, pemuda, setengah tua, tua. Seluruh perangkat
ini berkembang menurut ukurannya masing-masing dan setiap individu
manusia berbeda-beda.
Ruhaniah terdiri atas (3) unsur :
1. Nur Allah (Alif)
2. Nur Rasul (Lam)
3. Nur Insan (Mim)
Proses evolusi bathiniah ini adalah evolusi akhlak (moral) yang
mencerminkan akan perilaku manusia dalam menempuh perjalanan hidup,
lulus atau tidaknya jalan yang ditempuhnya bahwa, jasmani kasar (fisik)
mengandung unsur-unsur yang terdapat pada alam ini yaitu :
1. Unsur Api
2. Unsur Angin
3. Unsur Air
4. Unsur Tanah
Masing-masing unsure tersebut memiliki sifat sendiri-sendiri, unsur
sifat ini kita istilahkan Anasir, kondisi jasmani diatas terdiri atas
anasir keempat yang terdapat pada jasmani kasar, ia disebut hawa nafsu.
Sabda Rasullulah SAW :
“Sesungguhnya hawa nafsu menutupi hatiku sehingga aku memohon ampun kepada Allah dalam sehari semalam tujuh puluh kali.”
(HR. Muslim dari hadist Al-Aghrar AlMuzani)
Musuh utama manusia adalah hawa nafsu yaitu empat anasir yang
dikendalikan syetan, ia penghalang atas proses evolusi manusia menuju
kepada sifat Ilali yang terkandung atas Ruhaniah. Pada zaman Nabi
Muhammad, perang terbesar dikisahkan adalah Badar, sesudah perang Badar
masih ada perang yang lebih besar yaitu perang melawan hawa nafsu.
Kondisi ini terjadi pada setiap individu manusia, untuk itulah kita
wajib mengerti dan memahami apa yang dimaksud dengan hawa nafsu.
Pada diri manusia terdapat dua sifat yaitu :
1. Sifat Hewan (binatang)
2. Sifat Tuhan (Allah)
Untuk memenangkan perang terbesar atas manusia dimana musuh terbesarnya
adalah unsur kehalusan (hawa nafsu) maka untuk mengerti dan memahami
akan karakteristik dari unsur-unsur tersebut menjadi prioritas utama
dalam kata lain hal yang sangat wajib.
1. UNSUR API (AMARAH)
Firman Allah Ta’ala : Surat 12 (YUSUF) Ayat 53
“…………..karena sesungguhnya nafsu amarah itu menyuruh kepada kejahatan.”
Seperti halnya sifat atas api nafsu amarah pemicu atas besar dan kuatnya
keinginan pada jasmani kasar (fisik) dan jasmani halus (bathin) atas
segala kebutuhannya ia menguasai jiwa untuk memenuhi hasrat keinginan
kepuasan yang bersifat sementara, ia merangsang untuk berbuat aniaya,
maksiat dll dengan menghalalkan segala cara sifat api (amarah) ini akan
melahirkan kebodohan atas diri manusia, ia merupakan dimensi kelicikan,
sumber perilaku yang tercela, potensi otak hanya digunakan selalu
berfikir jahat, yang ditimbulkan kerap kali merugikan orang lain.
Cerminan yang tampak atas perilaku manusia dapat terlihat antara lain :
mudah marah, mudah tersinggung, keras kepala, pendendam, suka mencela,
suka sekali dihormati, pembenci, ujub, ria, takabur, sombong (tinggi
hati), merasa selalu benar, ingin menang sendiri, dll.
Kondisi ini terjadi manakala qualitas spiritual yang lemah namun
demikian intelegensial quality tidak berarti lemah. Pada dekade sekarang
ini banyak kita jumpai sifat amarah ini menguasai manusia, ia terdapat
pada tingkat social lemah menengah terutama pada kalangan atas. Nafsu
amarah lebih condong kepada kekuasaan (tahta) dan untuk mendapatkannya
apapun akan dilakukan demikian karakteristik atas unsure api pada diri
manusia
2. UNSUR ANGIN (LAUWAMAH)
Firman Allah Ta’ala : Surat 75 (AL-QIYAMAH) Ayat 2 s/d 5
Ayat 2, “Dan tidak! Aku bersumpah dengan nafsu lauwamah.”
Ayat 3, “Apakah manusia mengira bahwa Kami tidak akan bisa mengumpulkan kembali tulang- tulangnya.”
Ayat 4, “Bahkan Kami kuasa atas meratakan (menyusun) kembali jari-jarinya.”
Ayat 5, “Tetapi kecenderungannya manusia itu berbuat kedurhakaan terus menerus.”
Ayat kedua dari surat Al-Qiyamah diawali dengan kata “tidak” ini
menandakan bahwa kalimat-kalimat selanjutnya adalah sesuatu hal yang
pasti terjadi dan sama sekali tidak ada keraguan atas kejadiannya.
Kalimat selanjutnya setelah kata “tidak” adalah “Aku bersumpah dengan nafsu lauwamah”
Nafsu Lauwamah (Angin) artinya karakteristik seperti halnya perilaku
angin dimana kondisi manusia yang tidak mempunyai ketetapan hati, setiap
detik selalu berubah terkadang kebarat kemudian timur, utara, selatan
terkadang berputar dengan kencang, terkadang lemah, terkadang keras
kondisi ini karena pengaruh pertemuan suhu panas dan suhu dingin
demikian pula kondisi yang terjadi pada diri manusia, dimana fikirannya
selalu berputar baik siang maupun malam, tidak pernah ada ketenangan,
pergi kesana dan kemari, hatinya tidak pernah tentram ini semua
disebabkan karena cintanya kepada dunia, syaitanlah yang menjadi
penguasa atas manusia yang seperti ini.
Kata “bersumpah” memaknakan akan kondisi manusia bahwa kebanyakan
(mayoritas) manusia berada pada kondisi lauwamah artinya ia dikuasai
oleh karakter angin.
Kecenderungan terhadap harta benda demikian besar maka akan
mengakibatkan kecenderungan terhadap Tuhan demikian lemah (kecil)
artinya nilai-nilai KeTuhanan terabaikan, tidak pernah merasa cukup dan
puas dengan apa yang sudah didapat, selalu saja kurang, hidup baginya
mengabdi pada dunia. Ayat tiga (3) mengandung maksud dan makna yaitu,
tegaknya manusia disebabkan tulang belulang sebagai penopang atas badan
lahir demikian manusia bisa berjalan, berlari, beraktifitas kita bisa
bayangkan manakala jasad manusia tanpa dilengkapi dengan tulang belulang
dan dari mana tulang berasal.
Firman Allah Ta’ala : Surat 23 (AL-MU’MINUN) Ayat 14
“Kemudian, Kami jadikan mani (sperma) itu sekepal darah lantas darah itu
Kami jadikan segumpal daging, lantas daging itu Kami jadikan
tulang-tulang, lalu tulang-tulang itu Kami liputi (bungkus) dengan
daging, kemudian Kami jadikan dia satu kejadian yang lain (sifatnya).
Maka maha suci Allah, sebaik-baik pembikin.”
Bahwa tulang mengandung seluruh unsur alam, ia mewakili atas seluruh
unsur yang terdapat pada badan lahir (jasad). Tulang atas manusia
seperti halnya tiang terhadap rumah tidak akan rumah itu berdiri kokoh
tanpa adanya tiang. Kata “mengumpulkan” terkait dengan manusia yang
mencintai dunia dengan kecintaannya itu maka pekerjaannya mengumpulkan
akan harta dunia. Orang-orang ini kepercayaannya terhadap akhirat sangat
lemah mengakibatkan ia tidak yakin dengan kalimat yang tertulis pada
surat Al-Mu’minun ayat tiga (3). Ayat empat (4) kias atau simbul
jari-jari adalah ia sebagai alat pelaksana atas apa yang diingininya
seperti halnya mengumpulkan harta dan mencarinya.
Firman Allah Ta’ala : Surat 104 (AL-HUMAZAH) Ayat 2 & 3
“Yang mengumpul-ngumpulkan harta dan menghitung-hitungnya.”
“Yang menyangka bahwa hartanya memelihara dia”
Perilaku seperti ini akan terus menerus menguasai seseorang maka ayat
lima (5) menyatakan bahwa apa yang dikerjakan adalah perbuatan durhaka.
Pada zaman modern sekarang ini, kondisi yang dimaksud pada surat
Al-Humazah ayat 2 dan 3, sudah menjadi pemandangan umum, dimana manusia
berlomba-lomba atas kehidupan dunia, cita-citanya terhadap harta begitu
besar, penyakit ini menghinggapi hampir seluruh kalangan masyarakat
dunia.
Karakteristik unsur angin mengakibatkan atas diri manusia seperti cahaya
didalam diri, terkadang hidup namun demikian lemah energinya terkadang
mati dalam lubuk hati manusia suatu saat berbuat maksiat (kejelekan)
saat-saat tertentu menyadari akan perbuatannya kemudian ia menyesalinya
dan saat lain ia mengulanginya terkadang cahaya Ruh Ilahi melalui jiwa
kerap kali menegurnya dengan halus akan perbuatan maksiat yang
dilakukannya tetapi ia tidak mampu untuk mencegahnya.
Kondisi ini merupakan sumber penyesalan, karakter nafsu lauwamah adalah
ia sebagai penggerak atas hawa nafsu-hawa nafsu yang lainnya.
Diantara sifat-sifatnya adalah :
Suka makan enak dan banyak, korup, serakah, rakus, pelit, boros, suka
memperkaya diri, bermegah-megahan, segala sesuatu ingin dimiliki dst.
sumber : http://sanjogja1.blogspot.com/2012/09/misteri-hutan-aokigahara.html