Bahasa Minangkabau



Minangkabau
Baso Minangkabau
باسو مينڠكاباو
Dituturkan di
Wilayah
Sumatera Barat, bagian barat Riau, bagian utara Jambi
Jumlah penutur
± 6.5 juta[1]  (tidak ada tanggal)
·         Melayu-Polinesia
o    Melayu-Sumbawa
§  Utara dan Timur
§  Melayik
§  Melayu
§  Minangkabau
Kode-kode bahasa
Bahasa Minangkabau atau Baso Minang adalah salah satu bahasa dari rumpun bahasa Melayu yang dituturkan oleh Orang Minangkabau sebagai bahasa ibu khususnya di provinsi Sumatera Barat (kecuali kepulauan Mentawai), bagian barat provinsi Riau, dan Negeri Sembilan, Malaysia. Bahasa Minang dihipotesiskan sebagai bahasa Melayik, seperti halnya bahasa Banjar, bahasa Betawi, dan bahasa Iban.
Sempat terdapat pertentangan mengenai hubungan bahasa Minangkabau dengan bahasa Melayu. Dimana sebagian pakar bahasa menganggap bahasa Minangkabau sebagai salah satu dialek Melayu, karena banyaknya kesamaan kosakata dan bentuk tuturan di dalamnya. Sementara yang lain justru beranggapan bahwa bahasa ini merupakan bahasa mandiri yang berbeda dengan bahasa Melayu.[2][3]
Kerancuan ini disebabkan karena bahasa Melayu dianggap satu bahasa. Kebanyakan pakar kini menganggap bahasa Melayu bukan satu bahasa, tapi merupakan satu kelompok bahasa dalam rumpun bahasa Melayik. Dimana bahasa Minangkabau merupakan salah satu bahasa yang ada dalam kelompok bahasa Melayu tersebut.
Bahasa Minang berada dalam kategori cukup aman dari kepunahan karena masih digunakan sebagai bahasa sehari-hari oleh masyarakat Minangkabau. Banyak orang Minangkabau yang merantau ke berbagai daerah, namun bahasa Minang masih tetap mereka bawa dan mereka gunakan dalam percakapan sehari-hari dengan sesama orang Minang.

Daerah sebar tutur

Secara historis, daerah sebar tutur bahasa Minangkabau meliputi bekas wilayah kekuasaan kerajaan Pagaruyung yang berpusat di pedalaman Minangkabau, Sumatera Barat. Batas-batasnya biasa dinyatakan dalam ungkapan Minang atau Tambo Minangkabau berikut ini:
Dari Sikilang Aia Bangih
Hinggo Taratak Aia Hitam
Dari Durian Ditakuak Rajo
Hinggo Sialang Balantak Basi
Walaupun dari sisi harafiahnya, batas-batas yang disebutkan tersebut merupakan sesuatu yang abstrak, sehingga dapat dikatakan batas yang tidak pasti juga. Namun kemudian ada pendapat bahwa kawasan tersebut diperkirakan antara lain, Sikilang Aia Bangih adalah batas utara, sekarang di kabupaten Pasaman Barat yang berbatasan dengan kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara. Taratak Aia Hitam adalah Bengkulu. Durian Ditakuak Rajo adalah kabupaten Bungo, Jambi. Yang terakhir, Sialang Balantak Basi adalah wilayah di Rantau Barangin, kabupaten Kampar, Riau.
Bahasa Minangkabau juga menjadi bahasa lingua franca di kawasan pantai barat Sumatera Utara, bahkan menjangkau lebih jauh hingga pesisir barat Aceh. Di Aceh sendiri, penutur bahasa Minang disebut sebagai Aneuk Jamee. Selain itu, bahasa Minangkabau juga dituturkan oleh masyarakat Negeri Sembilan, Malaysia yang nenek moyangnya merupakan pendatang asal ranah Minang sejak berabad-abad silam. Dialek bahasa Minangkabau di Negeri Sembilan ini disebut Baso Nogoghi.

Dialek

Bahasa Minang memiliki banyak dialek, bahkan antarkampung yang dipisahkan oleh sungai sekali pun dapat mempunyai dialek yang berbeda. Perbedaan yang sangat menonjol adalah dialek yang dituturkan di kabupaten Pesisir Selatan dan dialek di kabupaten Mukomuko, Bengkulu.[4][5]
Selain itu dialek bahasa Minangkabau juga dituturkan oleh sebagian penduduk di sepanjang pesisir barat pulau Sumatera mulai dari Mandailing Natal, Sibolga, Barus di Sumatera Utara, kemudian berlanjut ke Singkil, Simeulue, Aceh Selatan, Aceh Barat Daya dan Meulaboh di Aceh. Di Aceh dialek bahasa Minang ini disebut dengan bahasa Jamee, sedangkan yang di Mandailing Natal, Sibolga dan Barus disebut bahasa Pesisir
Sebagai contoh, berikut ini adalah perbandingan perbedaan antara beberapa dialek bahasa Minangkabau:
Bahasa Indonesia/ Bahasa Melayu
Apa katanya kepadamu?
Bahasa Minangkabau "baku"
A keceknyo jo kau?
Mandahiling Kuti Anyie
Apo kecek o kö gau?
Padang Panjang
Apo keceknyo ka kau?
Pariaman
A kato e bakeh kau?
Ludai
A kecek o ka rau?
Sungai Batang
Ea janyo ke kau?
Kurai
A jano kale gau?
Kuranji
Apo kecek e ka kau?
Salimpaung Batusangkar
Poh ceknyoh kah khau duh?
Rao-Rao Batusangkar
Aa keceknyo ka awu tu?
Untuk komunikasi antar penutur bahasa Minangkabau yang sedemikian beragam ini, akhirnya dipergunakanlah dialek Padang sebagai bahasa baku Minangkabau yang biasa disebut Bahaso Padang atau Bahaso Urang Awak. Bahasa Minangkabau dialek Padang inilah yang menjadi acuan baku (standar) dalam menguasai bahasa Minangkabau.[rujukan?]

Contoh

Bahasa Minangkabau:
Sadang kayu di rimbo tak samo tinggi, kok kunun manusia (peribahasa)
Bahasa Indonesia:
Sedangkan pohon di hutan tidak sama tinggi, apa lagi manusia


Bahasa Minangkabau:
Co a koncek baranang co itu inyo (peribahasa)
Bahasa Indonesia:
Bagaimana katak berenang, seperti itulah dia.


Bahasa Minangkabau:
Indak buliah mambuang sarok di siko!
Bahasa Indonesia:
Tidak boleh membuang sampah di sini!


Bahasa Minangkabau:
Bungo indak satangkai, kumbang indak sa ikua (peribahasa)
Bahasa Indonesia:
Bunga tidak setangkai, kumbang tidak seekor


Bahasa Minangkabau:
A tu nan ang karajoan* ?
Bahasa Indonesia:
Apa yang sedang kamu kerjakan?

* perhatian: kata ang (kamu) adalah kata kasar,
kata Apa dalam bahasa Minangkabau yaitu Apo tetapi lebih sering disingkat dengan kata A[rujukan?]

Karya sastra

Karya sastra tradisional berbahasa Minang memiliki persamaan bentuk dengan karya sastra tradisional berbahasa Melayu pada umumnya, yaitu berbentuk pantun, cerita rakyat, hikayat nenek moyang (Tambo Minangkabau) dan adat-istiadat Minangkabau. Penyampaiannya biasanya dilakukan dalam bentuk cerita (kaba) atau dinyanyikan (dendang).

Perbandingan dengan bahasa lain dari rumpun Melayu

Orang Minangkabau umumnya berpendapat banyak persamaan antara bahasa Minangkabau dengan bahasa Melayu dan bahasa Indonesia. Marah Roesli dalam Peladjaran Bahasa Minangkabau menyebutkan pada umumnya perbedaan antara bahasa Minangkabau dan bahasa Indonesia adalah pada perbedaan lafal, selain perbedaan beberapa kata.
Contoh-contoh perbedaan lafal bahasa Melayu dan bahasa Indonesia dengan bahasa Minangkabau adalah sebagai berikut:
Akhiran
Menjadi
Contoh
a
o
nama—namo, kuda—kudo, cara—caro
al dan ar
a
jual—jua, kabar—kaba, kapal—kapa
as
eh
batas—bateh, alas—aleh, balas—baleh
at
ek atau aik
dapat—dapek, kawat—kawek, surat—surek
ih
iah
kasih—kasiah, putih—putiah, pilih—piliah
ing
iang
kucing—kuciang, saling—saliang, gading—gadiang
ir
ia atau ie
air—aia, pasir—pasia, lahir—lahia
is
ih
baris—barih, manis—manih, alis—alih
it
ik
sakit—sakik, kulit—kulik, jahit—jahik
uh
uah
bunuh—bunuah, tujuh—tujuah, patuh—patuah
uk
uak
untuk—untuak, buruk—buruak, busuk—busuak
ung
uang
langsung—langsuang, hidung—hiduang, untung—untuang
ur
ua
cukur—cukua, kasur—kasua, angsur—ansua
us
uih
putus—putuih, halus—haluih, bungkus—bungkuih
ut
uik
rumput—rumpuik, ikut—ikuik, takut—takuik
  • Selain perbedaan akhiran, imbuhan awalan seperti me-, ber-, ter-, ke-, pe- dan se- dalam bahasa Minang menjadi ma-, ba-, ta-, ka-, pa-, dan sa-. Contohnya meminum, berlari, terlambat, kesalahan, penakut, dan setiap dalam bahasa Minang menjadi maminum, balari, talambek, kasalahan, panakuik, dan satiok.
  • Sementara itu, imbuhan akhiran seperti -kan dan -nya dalam bahasa Minang menjadi -an dan -nyo. Contohnya memusnahkan dan selamanya dalam bahasa Minang menjadi mamusnahan dan salamonyo.[6]
  • Perbedaan lainnya adalah setiap suku kata pertama yang mengandung huruf "e" dalam bahasa Minang menjadi huruf "a".
Persamaan bahasa Minangkabau dengan berbagai bahasa lain dari rumpun Melayu dapat dilihat misalnya dalam perbandingan kosakata berikut:
Bahasa Indonesia
apa
laut
lihat
kucing
pergi
ular
keras
manis
lutut
Bahasa Minangkabau
apo
lauiʔ
liaiʔ/caliaʔ
kuciang
pai
ula
kareh
manih
lutuiʔ
apo
lawik
liek
kucing
lalui
ulah
kehas
manis
lutuik
nama
lawoiʔ
lihaiʔ
mi'aw
pi
ulal
kras
maneh
lutoiʔ
Sebagai contoh, perbedaan dapat dilihat dalam versi masing-masing dari Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia:
Bahasa Inggris
Bahasa Indonesia
Bahasa Malaysia
Bahasa Minangkabau
Universal Declaration of Human Rights
Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia
Perisytiharan Hak Asasi Manusia Sejagat
Deklarasi Sadunia Hak-Hak Asasi Manusia
Article 1
Pasal 1
Perkara 1.
Pasal 1
All human beings are born free and equal in dignity and rights. They are endowed with reason and conscience and should act towards one another in a spirit of brotherhood.
Semua orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan hati nurani dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam semangat persaudaraan.
Semua manusia dilahirkan bebas dan samarata dari segi kemuliaan dan hak-hak. Mereka mempunyai pemikiran dan perasaan hati dan hendaklah bertindak di antara satu sama lain dengan semangat persaudaraan.
Sadoalah urang dilahiaan mardeka jo punyo martabat sarato hak-hak nan samo. Inyo dikaruniai aka jo hati nurani, supayo ciek samo lain bagaul dalam samangaik badunsanak.
 sumber :http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Minangkabau
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

1 Response to "Bahasa Minangkabau"

  1. HIDAYAT says:
    18 November 2019 pukul 01.01

    Kurang komplit

Posting Komentar